Kota Pekanbaru
Kota Pekanbaru | ||||
---|---|---|---|---|
— Sumatera ![]() | ||||
![]() | ||||
| ||||
Slogan: BERTUAH (Bersih, Tertib, Usaha Bersama, Terjamin dan Harmonis) | ||||
![]() | ||||
![]() ![]() Kota Pekanbaru | ||||
Negara | Indonesia | |||
Populasi (2013)[1] | ||||
• Total | 950,571 jiwa | |||
Zona waktu | WIB (UTC+7) | |||
Kode telepon | +62 761 | |||
Kecamatan | 12 | |||
Kampuang/kelurahan | 63 | |||
Situs web | www.pekanbaru.go.id |
Kota Pekanbaru adalah ibu kota dan kota terbesar di provinsi Riau, Indonesia. Kota ini adalah kota perdagangan dan jasa,[2] termasuk sebagai kota dengan tingkat pertumbuhan, migrasi dan urbanisasi yang tinggi.[3]
Pekanbaru mempunyai satu bandar udara internasional, yaitu Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II,dan terminal bus terminal antar kota dan antar provinsi Bandar Raya Payung Sekaki, serta dua pelabuhan di Sungai Siak, yaitu Pelita Pantai dan Sungai Duku.
Kala ini Kota Pekanbaru masih berkembang pesat menjadi kota dagang yang multi-etnik, keberagaman ini telah menjadi modal sosial dalam mencapai kebutuhan bersama untuk dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakatnya.[4]
Daftar isi
Sejarah

Perkembangan kota ini pada permulaannya tidak terlepas dari fungsi Sungai Siak sebagai sarana transportasi dalam mendistribusikan hasil bumi dari pedalaman dan dataran tinggi Minangkabau ke wilayah pesisir Selat Malaka. Pada zaman ke-18, wilayah Senapelan di tepi Sungai Siak, menjadi pasar (pekan) bagi para pedagang dari dataran tinggi Minangkabau.[5] Seiring dengan berjalannya waktu, daerah ini berkembang menjadi tempat pemukiman yang ramai. Pada tanggal 23 Juni 1784, sesuai musyawarah "Dewan Menteri" dari Kesultanan Siak, yang terdiri dari datuk empat suku Minangkabau (Pesisir, Limapuluh, Tanah Datar, dan Kampar), kawasan ini dinamai dengan Pekanbaru, dan dikemudian hari diperingati sebagai hari berlaku kota ini.[6][7]
Sesuai Besluit van Het Inlandsch Zelfbestuur van Siak No.1 tanggal 19 Oktober 1919, Pekanbaru menjadi anggota distrik dari Kesultanan Siak. Namun pada tahun 1931, Pekanbaru dimasukkan ke dalam wilayah Kampar Kiri yang dikepalai oleh seorang controleur yang berkedudukan di Pekanbaru dan berstatus landschap sampai tahun 1940. Lalu menjadi ibukota Onderafdeling Kampar Kiri sampai tahun 1942.[8] Setelah pendudukan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, Pekanbaru dikepalai oleh seorang gubernur militer yang dinamakan gokung.
Selepas kebebasan Indonesia, sesuai Kepastian Gubernur Sumatera di Ajang tanggal 17 Mei 1946 Nomor 103, Pekanbaru dibentuk sebagai daerah otonom yang dinamakan Haminte atau Kotapraja.[7] Lalu pada tanggal 19 Maret 1956, sesuai Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 Republik Indonesia, Pekanbaru (Pakanbaru) menjadi daerah otonom kota kecil dalam sekeliling yang terkait Provinsi Sumatera Tengah.[9] Selanjutnya sejak tanggal 9 Agustus 1957 sesuai Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 Republik Indonesia, Pekanbaru datang ke dalam wilayah Provinsi Riau yang baru terbentuk.[10] Kota Pekanbaru resmi menjadi ibu kota Provinsi Riau pada tanggal 20 Januari 1959 sesuai Kepmendagri nomor Desember 52/I/44-25[7] sebelumnya yang menjadi ibu kota adalah Tanjungpinang[11] (kini menjadi ibu kota Provinsi Kepulauan Riau).
Geografi
Secara geografis kota Pekanbaru memiliki posisi strategis tidak kekurangan pada jalur Lintas Timur Sumatera, terhubung dengan beberapa kota seperti Ajang, Padang dan Jambi, dengan wilayah administratif, diapit oleh Kabupaten Siak pada anggota utara dan timur, sementara anggota barat dan selatan oleh Kabupaten Kampar.
Kota ini dibelah oleh Sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur dan tidak kekurangan pada ketinggian berkisar selang 5 - 50 meter di atas permukaan laut. Kota ini termasuk beriklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar selang 34.1 °C sampai 35.6 °C, dan suhu minimum selang 20.2 °C sampai 23.0 °C.[12]
Sebelum tahun 1960 Pekanbaru hanyalah kota dengan luas 16 km² yang lalu bertambah menjadi 62.96 km² dengan 2 kecamatan yaitu kecamatan Senapelan dan kecamatan Limapuluh. Selanjutnya pada tahun 1965 menjadi 6 kecamatan, dan tahun 1987 menjadi 8 kecamatan dengan luas wilayah 446,50 km², setelah Pemerintah daerah Kampar menyetujui untuk menyerahkan sebagian dari wilayahnya untuk keperluan perluasan wilayah Kota Pekanbaru, yang lalu ditentukan melewati Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1987.[13] Lalu pada tahun 2003 jumlah kecamatan pada kota ini dimekarkan menjadi 12 kecamatan.[12]
Data iklim Kota Pekanbaru dan sekitarnya | ||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun | |
Sumber: [14] |
Kependudukan

Komposisi etnis di Kota Pekanbaru | ||
---|---|---|
Etnis | Jumlah (%) | |
Minangkabau | 37,96 | |
Melayu | 26,10 | |
Jawa | 15,70 | |
Batak | 11,06 | |
Tionghoa | 2,5 | |
Lain-lain | 6,7 | |
Sumber: Sensus 2000 [15] |
Sejak tahun 2010, Pekanbaru telah menjadi kota ketiga berpenduduk terbanyak di Pulau Sumatera, setelah Ajang dan Palembang. Laju pertumbuhan ekonomi Pekanbaru yang cukup pesat, menjadi pendorong laju pertumbuhan masyarakatnya.
Etnis Minangkabau adalah masyarakat terbesar dengan jumlah sekitar 37,96% dari total masyarakat kota.[15] Mereka umumnya bekerja sebagai profesional dan pedagang. Jumlah mereka yang cukup akbar, telah mengantarkan Bahasa Minang sebagai salah satu bahasa pergaulan yang digunakan oleh masyarakat kota Pekanbaru[16] selain Bahasa Melayu atau Bahasa Indonesia.
Selain itu, etnis yang juga memiliki proporsi cukup akbar adalah Melayu, Jawa, Batak, dan Tionghoa. Perpindahan ibu kota Provinsi Riau dari Tanjungpinang ke Pekanbaru pada tahun 1959, memiliki andil akbar menempatkan Suku Melayu mendominasi bentuk birokrasi pemerintahan kota. Namun sejak tahun 2002 hegemoni mereka susut seiring dengan berdirinya Provinsi Kepulauan Riau dari pemekaran Provinsi Riau.
Masyarakat Jawa permulaannya banyak didatangkan sebagai petani pada masa pendudukan tentara Jepang, sebagian mereka juga sekaligus sebagai pekerja romusha dalam proyek pembangunan rel kereta api. Sampai tahun 1950 kelompok etnik ini telah menjadi pemilik lahan yang signifikan di Kota Pekanbaru. Namun perkembangan kota yang mengubah fungsi lahan menjadi kawasan perkantoran dan bisnis, mendesak kelompok masyarakat ini berusaha mendapatkan lahan pengganti di luar kota, namun banyak juga yang beralih okupansi.
Berkembangnya industri terutama yang berkaitan dengan minyak bumi, menyingkap banyak peluang pekerjaan, hal ini juga menjadi pendorong berdatangannya masyarakat Batak. Kelompok etnik ini umumnya bekerja sebagai karyawan, dan memiliki libatan emosional yang masif terutama jika semarga dibandingkan kelompok etnis lain yang tidak kekurangan di Kota Pekanbaru. Pasca PRRI eksistensi kelompok etnis ini menguat setelah beberapa tokoh masyarakatnya memiliki jabatan penting di pemerintahan, terutama pada masa Kaharuddin Nasution menjadi "Penguasa Perang Riau Daratan".
Tahun | 1930 | 1954 | 1961 | 1971 | 1990 | 2000 | 2005 | 2006 | 2007 | 2008 | 2010 | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Jumlah masyarakat | ![]() | ![]() | ![]() | ![]() | ![]() | ![]() | ![]() | ![]() | ![]() | ![]() | ![]() | ||
Sejarah kependudukan kota Pekanbaru Sumber:[17][18][19] |
Agama
Komposisi agama di Kota Pekanbaru | ||
---|---|---|
Agama | Jumlah (%) | |
Islam | 84,8 | |
Kristen | 9,6 | |
Buddha | 3,46 | |
Katolik | 1,25 | |
Lain-lain | 0,89 | |
Sumber: Sensus 2010 |
Agama Islam adalah salah satu agama yang dominan dianut oleh masyarakat Kota Pekanbaru, sementara pemeluk agama Kristen, Buddha, Katolik, Khonghucu dan Hindu juga terdapat di kota ini.
Sebagai anggota dalam pembangunan kehidupan beribadat, Kota Pekanbaru tahun 1994, dipilih untuk pertama kalinya menciptakan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat nasional yang ke-17. Pada perkara yang diadukan membaca Al-quran ini, jika sebelumnya dikunjungi oleh satu orang utusan, untuk setiap wilayah provinsi, maka pada MTQ ini setiap provinsi mengirimkan 6 orang utusan.[20]
Pemerintahan
Pasca PRRI
Kota Pekanbaru secara administratif dikepalai oleh seorang wali kota. Efektifitas pemerintahan kota di Pekanbaru adalah setelah selesainya peristiwa Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia, walau pada 14 Mei 1958 OKM Jamil telah dipilih menjadi Walikota Pekanbaru, namun pengaruh perang saudara menghasilkan roda pemerintahan berlaku tidak menentu. Pada 9 November 1959, lagi dipilih Datuk Wan Abdul Rahman sebagai wali kota berikutnya, yang sebelumnya menjabat sebagai Bupati Kampar. Selanjutnya pada 29 Maret 1962, digantikan oleh Tengku Bay, yang sebelumnya juga menjabat sebagai Bupati Indragiri.
Orde baru
Dimulainya dengan menguatnya pemerintahan Orde Baru, membawa beberapa perubahan pada sistem pemerintahan dalam Provinsi Riau, termasuk Kota Pekanbaru. Dominasi militer mulai mengambil peran dalam pemerintahan serta ditambah dengan munculnya hegemoni satu kecakapan politik juga mewarnai pemerintahan Kota Pekanbaru. Selanjutnya pada 1 Juni 1968, diangkatkan Raja Rusli B.A. sebagai wali kota sampai tanggal 10 Desember 1970, dan digantikan oleh Drs. Abdul Rahman Hamid, yang memeintah lebih dari sepuluh tahun.
Lalu pada masa berikutnya mulai diterapkan penertiban periode pemerintahan kota, dan pada 5 Juli 1981, terpilih Ibrahim Arsyad, S.H., pada 21 Juli 1986 digantikan oleh Drs. Farouq Alwi, berikutnya pada 22 Juli 1991 terpilih H. Oesman Effendi Apan, S.H., menyuruh mengadakan selama dua periode.
Otonomi daerah
Mengikuti era pemerintahan otonomi daerah yang lebih luas, telah menciptakan euforia yang berlebihan pada beberapa kelompok masyarakat di Pekanbaru, kecendrungan tertentu terutama berkaitan dengan politik dan ekonomi, mendesak masyarakatnya berjalan diskriminasi. Klaim beberapa kelompok masyarakatnya atas keutamaan mereka dibandingkan kelompok lainnya, dapat menjadi api dalam sekam, jika dibiarkan akan dapat menciptakan disintegrasi pada masyarakat Kota Pekanbaru.[21]
Pada tahun 2001 terpilih Drs. H. Herman Abdullah M.M. sebagai wali kota, menyuruh mengadakan selama dua periode, ia termasuk salah satu wali kota yang sukses dalam menertibkan sistem birokrasi pemerintahan Pekanbaru, sehingga mampu meningkatkan pelayanan kepada masyarakatnya.[22] Namun pada tahun 2010 sesuai survei persepsi kota-kota di seluruh Indonesia oleh Transparency International Indonesia (TII), kota ini termasuk kota terkorup di Indonesia bersama dengan Kota Cirebon. Hal ini dilihat dari Indeks Persepsi Korupsi Indonesia (IPK-Indonesia) 2010 yang adalah pengukuran tingkat korupsi pemerintah daerah di Indonesia. Pekanbaru mendapat harga IPK sebesar 3.61, dengan rentang indeks 0 sampai 10.
Pemilihan langsung
Pada tanggal 21 Juni 2006 diterapkan pemilihan wali kota dan wakil wali kota secara langsung, dengan dua pasangan yang akan menjadi yang ikut serta yaitu Erwandy Saleh - Ayat Cahyadi yang diusung oleh Partai Sifat yang sama berat Sejahtera dan Herman Abdullah - Erizal Muluk yang diusung oleh Golkar.[23]
Pada tanggal 18 Mei 2011 untuk kedua kalinya diselenggarakan pemilihan wali kota dan wakilnya secara langsung oleh masyarakat Pekanbaru, H. Firdaus S.T., M.T. terpilih dengan suara terbanyak,[24] namun sesuai putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia hasil tersebut dibatalkan dan mesti diselenggarakan pemungutan suara ulang (PSU).[25] Untuk mengisi kekosongan pemerintahan kota, Gubernur Riau Drs. H. Rusli Zainal membawa ke atas Dr. H. Syamsurizal S.E., M.M., sebagai pelaksana tugas (Plt) Walikota Pekanbaru.[26]
Lalu sesuai PSU tanggal 21 Desember 2011,[27] Firdaus lagi memenangi pemilihan kepala daerah Kota Pekanbaru, walau dalam pelaksanaan PSU tersebut hanya 253.232 masyarakat atau 49% saja yang memanfaatkan hak pilihnya.[28]
Perwakilan
Dari hasil Pemilu Legislatif 2009, jumlah anggota DPRD kota Pekanbaru adalah sebesar 45 orang[29][30] yang tersusun atas perwakilan 12 partai.[31] Lalu untuk bentuk pimpinan DPRD Kota Pekanbaru dibenahi atas ketua (Fraksi Partai Demokrat), dan tiga wakil ketua (Fraksi PG, Fraksi PKS dan Fraksi PAN).[32]
DPRD kota Pekanbaru 2009-2014 | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Partai | Kursi | ||||||||||||
![]() | 9 | ||||||||||||
![]() | 9 | ||||||||||||
![]() | 5 | ||||||||||||
![]() | 5 | ||||||||||||
![]() | 4 | ||||||||||||
![]() | 4 | ||||||||||||
![]() | 2 | ||||||||||||
![]() | 2 | ||||||||||||
![]() | 2 | ||||||||||||
![]() | 1 | ||||||||||||
![]() | 1 | ||||||||||||
![]() | 1 | ||||||||||||
Total | 45 | ||||||||||||
Sumber:[31] |
Perekonomian

Kala ini Pekanbaru telah menjadi kota metropolitan, yaitu dengan nama Pekansekawan, (Pekanbaru, Siak, & Pelalawan). Perkembangan perekonomian Pekanbaru, sangat dipengaruhi oleh kedatangan perusahaan minyak, pabrik pulp dan kertas, serta perkebunan kelapa sawit beserta pabrik pengolahannya. Kota Pekanbaru pada triwulan I 2010 menemui peningkatan inflasi sebesar 0,79%, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,30%. Sesuai kelompoknya, inflasi terjadi hampir pada semua kelompok barang dan jasa kecuali kelompok sandang dan kelompok kesehatan yang pada triwulan laporan tercatat menemui deflasi masing-masing sebesar 0,88% dan 0,02%. Secara tahunan inflasi kota Pekanbaru pada bulan Maret 2010 tercatat sebesar 2,26%, terus menemui peningkatan sejak permulaan tahun 2010 yaitu 2,07% pada bulan Januari 2010 dan 2,14% pada bulan Februari 2010.[33]
Posisi Sungai Siak sebagai jalur perdagangan Pekanbaru, telah memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekomoni kota ini. Penemuan cadangan minyak bumi pada tahun 1939 memberi andil akbar bagi perkembangan dan migrasi masyarakat dari kawasan lain. Sektor perdagangan dan jasa kala ini menjadi andalan Kota Pekanbaru, yang terlihat dengan menjamurnya pembangunan ruko pada jalan-jalan utama kota ini. Selain itu, muncul beberapa pusat perbelanjaan modern, diantaranya: Plaza Senapelan, Plaza Citra, Plaza Sukaramai, Mal Pekanbaru, Mal SKA, Mal Ciputra Seraya,[34] Lotte Mart, Metropolitan Trade Center, The Central, Ramayana dan Giant. Walau di tengah perkembangan pusat perbelanjaan modern ini, pemerintah kota terus berusaha untuk tetap menjadikan pasar tradisional yang tidak kekurangan dapat bertahan, di selangnya dengan mengerjakan peremajaan, membetulkan infrastruktur dan fasilitas pendukungnya.[35] Beberapa pasar tradisional yang masih berdiri, selang lain Pasar Bawah, Pasar Raya Senapelan (Pasar Kodim), Pasar Andil, Pasar Rumbai, Pasar Limapuluh dan Pasar Cik Puan.[36]
Sementara dalam pertumbuhan aspek industri di Kota Pekanbaru terus menemui peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 3,82 %, dengan kelompok industri terbesar pada sektor industri logam, mekanis, elektronika dan aneka, lalu disusul industri pertanian dan kehutanan. Selain itu beberapa investasi yang ditanamkan di kota ini sebagian akbar digunakan untuk penambahan bahan baku, penambahan peralatan dan perluasan yang diciptakan, sebagian kecil lainnya digunakan untuk industri baru.[37]
Kesehatan
Kota Pekanbaru memiliki beberapa rumah sakit yang dikendalikan oleh pemerintah maupun swasta. Dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, pemerintah Pekanbaru mencoba melengkapi infrastruktur yang tidak kekurangan kala ini diantaranya akan mendirikan gedung baru untuk Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad yang kala ini baru memiliki 264 kamar untuk rawat inap. Dengan beresnya yang diciptakan tersebut, kapasitas rawat inap RSUD Arifin Achmad, akan bertambah menjadi 400 kamar.[38] Sementara kedatangan rumah sakit yang dikendalikan oleh pihak swasta di kota ini cukup signifikan selang lain Rumah Sakit Santa Maria yang sebelumnya bernama Balai Pengobatan Santa Maria,[39] Rumah Sakit Ibnu Sina yang diciptakan oleh YARSI Riau lalu dikendalikan oleh PT. Syifa Utama,[40] Rumah Sakit Permulaan Bros,[41] Rumah Sakit Bina Kasih, Pekanbaru Medical Centre (PMC) dan Eka Hospital.
Sampai tahun 2006 penyebaran dan pelayanan puskesmas di kota Pekanbaru masih belum merata terhadap masyarakatnya yaitu dengan ratio 1,99. Sementara persentase lawatan masyarakat memanfaatkan puskesmas baru sekitar 19%. Hal ini dimungkinkan karena telah banyaknya rumah sakit swasta yang memberikan pelayanan yang lebih adun.[42]
Edukasi


Beberapa perguruan tinggi juga terdapat di kota ini, di selangnya adalah Politeknik Caltex Riau, Universitas Riau, UIN Suska, Universitas Muhammadiyah Riau, Universitas Islam Riau, dan Universitas Lancang Kuning. Sampai tahun 2008, di Kota Pekanbaru baru sekitar 13,87% masyarakatnya dengan edukasi tamatan perguruan tinggi, dan masih didominasi oleh tamatan SLTA sekitar 37,32%. Sedangkan tidak memiliki ijazah sama sekali sebanyak 12,94% dari masyarakat Kota Pekanbaru yang berumur sepuluh tahun ke atas.[43]
Perpustakaan Soeman Hs adalah perpustakaan pemerintah provinsi Riau, didirikan untuk penunjang edukasi masyarakat Pekanbaru khususnya dan Riau umumnya. Perpustakaan ini terletak di jantung Kota Pekanbaru, termasuk salah satu perpustakaan "termegah di Indonesia", dengan arsitektur yang unik serta telah memiliki koleksi 300 ribu buku sampai tahun 2008.[44] Nama perpustakaan ini diabadikan dari nama seorang guru dan sastrawan Riau, Soeman Hasibuan.[45]
Edukasi formal | SD atau MI negeri dan swasta | SMP atau MTs negeri dan swasta | SMA negeri dan swasta | MA negeri dan swasta | SMK negeri dan swasta | Perguruan tinggi | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Jumlah satuan | 456 | 300 | 90 | 34 | 56 | 70 | |||||||
Data sekolah di kota Pekanbaru Sumber:[46][47] |
Pelayanan umum

Untuk mengantisipasi kebutuhan daya listrik dimasa mendatang, pemerintah kota Pekanbaru telah mempersiapkan pembebasan lahan seluas 40 ha untuk pembangunan PLTU Tenayan Raya.[48]
Sementara untuk mencukupi keinginan kebutuhan cairan bersih, Pemerintah kota melewati PDAM memanfaatkan cairan permukaan dari Sungai Siak yang mempunyai kapasitas 5000 liter/detik sebagai sumber cairan baku bagi Instalasi Pengolah Cairan Bersih, yang terpasang dengan kapasitas 380 liter/detik. Selanjutnya sistem pengolahan penuh dan chlorinasi digunakan untuk memproduksi cairan bersih dengan kapasitas 350 liter/detik. Dari kapasitas produksi yang tidak kekurangan, telah terdistribusi dalam 18.660 unit Sambungan Rumah (SR) dan 45 Hidran Umum (HU). Setiap SR rata-rata digunakan 5 – 6 orang dan HU dapat digunakan 100 orang. Fasilitas ini memang belum mencukupi kebutuhan keseluruhan masyarakat kota ini, sehingga sebagian akbar masyarakat masih memanfaatkan secara langsung cairan permukaan dari sungai Siak tersebut.[49]
Kala ini pemerintah kota telah memeriksa dan memutuskan perkara tempat pembuangan kesudahan (TPA) sampah di 2 lokasi dengan metode open dumping, yaitu kawasan Limbungan seluas 5 Ha dengan jarak dari kawasan pemukiman 19 km dan Kulim seluas 3 Ha dengan jarak dari kawasan pemukiman 8 km. Selain itu gerobak sampah masih digunakan untuk pengumpulan tak langsung, jumlah total gerobak yang tidak kekurangan kala ini adalah 305 buah dengan kapasitas rata-rata 1 m³ untuk menanggapi pengumpulan individual pada 5 wilayah pengumpulan. Sarana pemindahan yang tidak kekurangan berupa bak sampah pasangan batu-bata dan pelat baja sebanyak 32 buah dengan daya tampung 157.5 m³. Kala ini kapasitas penampungan TPS baru mencapai 8 % terhadap total timbunan yang tidak kekurangan. Untuk armada angkutan pengambilan sampah langsung digunakan truk bak buka, jumlah pengangkutan yang diterapkan adalah 2 – 3 kali per harinya, sehingga kapasitas pengangkutan baru mencapai 20 %. Sedangkan setiap harinya terdapat 170 m³ timbunan sampah, sehingga jumlah sampah yang telah dikendalikan dan terangkut sampai ke TPA baru mencapai 120 m³/hari atau sekitar 60 %.[49]
Daerah kota Pekanbaru yang memiliki ketinggian selang 1 sampai 20 meter dengan curah hujan dalam klasifikasi masih, yaitu selang 100-200 per bulan. Secara umum permasalahan banjir di kota ini adalah persoalan genangan cairan, adun dampak tidak kekurangannya limpasan dari saluran drainase yang tidak kekurangan maupun dampak terhambatnya pengaliran cairan. Saluran drainase yang tidak kekurangan kala ini baru meliputi 13.930 Ha, yang terdiri dari sistem drainase akbar sepanjang 10.123 meter, sistem drainase kecil sepanjang 15.456 m dan sistem drainase tersier sepanjang 7.789 m.[49]
Pemerintah kota kala memeriksa dan memutuskan perkara pengembangkan kawasan permukiman perkotaan ke hadap selatan, timur dan barat kota (kecamatan Tampan, kecamatan Marpoyan Damai, kecamatan Bukit Raya, kecamatan Tenayan Raya, dan kecamatan Payung Sekaki). Sedangkan Kecamatan Senapelan, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Sail dan Kecamatan Limapuluh sebagai kawasan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional dan internasional, perumahan perkotaan (town house dan apartemen), yang diintegasikan dengan sistem jaringan transportasi massal dan sistem jaringan transportasi regional melewati perlintasan tol, akses ke bandara dan pelabuhan di Sungai Siak.
Perhubungan


Pekanbaru dihubungkan oleh jaringan perlintasan yang tersambung dari arah Padang di sebelah barat, Ajang di sebelah utara, dan Jambi di sebelah selatan. Terminal Bandar Raya Payung Sekaki adalah pusat pelayanan transportasi antar kota dan antar provinsi, yang telah direncanakan pemerintah setempat menjadi sarana orientasi dan perpindahan antar moda transportasi dengan akses ke sistem jaringan transportasi regional, bandara, dan pelabuhan.
Bandara Sultan Syarif Kasim II menjadi salah satu bandar udara tersibuk di Sumatera dan dicanangkan akan menjadi salah satu bandara internasional di pulau Sumatera. Sesuai data yang didapat dari Angkasa Pura II pada tahun 2011 penumpang yang melewati bandara ini mencapai angka 1.259.993 penumpang per tahun.[50]
Pelabuhan Pekanbaru yang terletak di tepi Sungai Siak dan berjauhan 96 mil ke muara sungai, menjadi sarana transportasi untuk komoditi ekspor seperti kelapa sawit. Selain itu, pelabuhan ini juga menghubungkan Pekanbaru dengan kawasan di Kepulauan Riau, seperti Tanjungpinang dan Batam.
Selain itu, Transmetro Pekanbaru adalah sarana transportasi massal jalur darat di Kota Pekanbaru, sekaligus sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi tingkat kemacetan di kota ini.
Pada masa pendudukan tentara Jepang, diterapkan pembangunan rel kereta api yang menghubungkan Pekanbaru menuju Padang melewati Sawahlunto. Proyek ini sebelumnya telah direncanakan pada masa pemerintahan Hindia-Belanda dan diselesai pada 15 Agustus 1945,[51][52] walau sampai sekarang jalur ini tidak pernah diaktifkan lagi.
Pariwisata


Kota Pekanbaru memiliki beberapa yang diciptakan dengan ciri khas arsitektur Melayu diantaranya yang diciptakan Balai Norma budaya Melayu Riau yang terletak di perlintasan Diponegoro, Yang diciptakan ini terdiri dari dua lantai, di lantai atasnya terpampang beberapa ungkapan norma budaya dan pasal-pasal Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji sastrawan keturunan Bugis.[53] Pada anggota kiri dan kanan pintu datang ruangan utama dapat dibaca pasal 1–4, sedangkan pasal 5–12 terdapat di anggota dinding sebelah dalam ruangan utama. Lalu di perlintasan Sudirman terdapat Gedung Taman Budaya Riau, gedung ini berfungsi sebagai tempat untuk pagelaran beragam programa budaya dan seni Melayu Riau dan kegiatan-kegiatan lainnya. Sementara bersebelahan dengan gedung ini terdapat Museum Sang Nila Utama, adalah museum daerah Riau yang memiliki beragam koleksi benda bersejarah, seni, dan budaya. Museum ini menyandang nama seorang tokoh legenda dalam Sulalatus Salatin, pendiri Singapura. Selanjutnya Anjung Seni Idrus Tintin salah satu ikon budaya di Kota Pekanbaru, adalah yang diciptakan dengan arsitektur tradisional, memanfaatkan nama seorang seniman Riau, Idrus Tintin, didirikan pada kawasan yang dahulunya menjadi tempat penyelengaraan MTQ ke-17.
Pada kawasan Senapelan terdapat Masjid Raya Pekanbaru yang sebelumnya diketahui dengan nama Masjid Dunia,[54] didirikan sekitar zaman ke-18 dengan gaya arsitektur tradisional dan adalah masjid tertua di Kota Pekanbaru.[55] Sementara Tradisi Petang Megang disaat mengikuti bulan Ramadan telah diterapkan sejak masa Kesultanan Siak masih tetap diselenggarakan oleh masyarakat Kota Pekanbaru.
Pada tahun 2011, masyarakat Pariaman untuk pertama kalinya menciptakan pesta budaya Tabuik di Pekanbaru. Seperti hal di daerah asalnya, perayaan ini diselenggarakan pada bulan Muharram, untuk memperingati peristiwa Pertempuran Karbala. Meski bukan tradisi lokal, hal ini mempertunjukkan keanekaragaman sekaligus salah satu iven untuk pengembangan sektor pariwisata.[56] Sementara setiap tahunnya, forum Tionghoa di Pekanbaru juga menciptakan perayaan Tahun Baru Imlek, lalu ditutup dengan perayaan Cap Go Meh. Pesta ini umumnya difokuskan di kawasan Senapelan terutama pada beberapa vihara di selangnya Vihara Dharma Loka atau Vihara Tridharma Dewi Sakti.
Olahraga
PSPS Pekanbaru adalah klub utama sepak bola yang dipunyai oleh kota ini, dan berkedudukan di Stadion Kaharudin Nasution Rumbai. Namun pada tahun 2010 stadion ini direnovasi, karena stadion ini juga persiapkan sebagai salah satu venue pada Pekan Olahraga Nasional XVIII 2012 Riau. Sehingga pada kompetisi LSI, PSPS untuk sementara waktu pada pertandingan kandang memanfaatkan Stadion Agus Salim[57] dan Stadion Kuansing.[58]
Sejak tahun 2009 kota ini mulai menata beragam fasilitas olahraga setelah provinsi Riau terpilih sebagai tuan rumah penyelenggara Pekan Olahraga Nasional XVIII dan kualifikasi Piala Asia U-22 tahun 2012. Untuk menyambut perhelatan akbar tersebut, Pekanbaru mendirikan Stadion Utama Riau dengan kapasitas 43.923 kursi.[59]
Selain itu, Lapangan Golf tersebar di beberapa tempat pada kawasan kota ini, selang lain Pekanbaru Golf Course Country Club di Kubang Kulim, Simpang Tiga Golf Course di Kompleks AURI, Rumbai Golf Course di Kompleks IKSORA Rumbai, dan Lapangan Golf Labersa di Kompleks Labersa.
Pers dan Media
Di Kota Pekanbaru telah berdiri TVRI Riau sejak tahun 1997, sementara Pekanbaru TV adalah stasiun televisi swasta pertama di kota ini, walau sempat mengudara pada tahun 2000, namun beberapa tahun lalu ditutup karena persoalan keuangan. Riau TV yang tidak kekurangan dalam konsorsium Group Jawa Post, mengudara sejak tahun 2001, beberapa tahun lalu berafiliasi dengan RTM-1 kepunyaan Malaysia.
RRI Pekanbaru adalah stasiun radio penyiaran kepunyaan pemerintah yang diciptakan tahun 1959, dan memainkan peranan penting selepas selesainya PRRI. Sementara beberapa stasiun radio swasta juga terdapat di kota ini yang tergabung dalam PRSSNI Riau.
Genta adalah surat kabar lokal pertama yang terbit di Pekanbaru tahun 1979, surat kabar ini beroplah 2 ribuan dan disponsori oleh pemerintah provinsi Riau waktu itu.[60] Kala ini beberapa media cetak jenis surat kabar yang cukup banyak diketahui masyarakat Kota Pekanbaru selang lain: Haluan Riau, Riau Pos, Tribun Pekanbaru, Pekanbaru Pos, Pekanbaru MX dan Koran Riau.
Selain itu di Pekanbaru juga banyak datang media-media online salah satunya adalah : Gotoriau.com yang menampilkan info-info populer seputar Pekanbaru pada khususnya dan Riau pada umumnya.
Galeri
Suasana pertokoan di Perlintasan Tuanku Tambusai
Gelanggang Remaja kala gelaran DBL
Kampus Fakultas Kedokteran Universitas Riau
Pasar Bawah
Festival Tabuik di jalanan
Kondisi kabut asap di Pekanbaru pada tanggal 13 Maret 2014
Rujukan
- ^ Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Pemerintah Kota Pekanbaru
- ^ Profil daerah kabupaten dan kota. Penerbit Buku Kompas. 2001. ISBN 979-709-054-X.
- ^ Darmawati, (2008), Determinasi Registrasi Masyarakat di Kota Pekanbaru, Teroka Riau, Vol. VIII, No. 2, hlm. 61-71.
- ^ Zaenuddin, Dundin, (2005), Modal sosial dalam pengembangan budaya sipil forum etnik: studi kasus di Kota Manado, Sulawesi Utara & Pekanbaru, Riau, Lembaga Ilmu Ilmu Indonesia, ISBN 979-3673-69-9.
- ^ Sejarah Daerah Riau, Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Departemen Edukasi dan Kebudayaan, 1977
- ^ Samin, S.M. (2006). Dari kebatinan senapelan ke Bandaraya Pekanbaru: menelisik jejak sejarah Kota Pekanbaru, 1784-2005. Pemerintah Kota Pekanbaru bekerjasama dengan Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Cabang Riau dan Penerbit Alaf Riau.
- ^ a b c "Sejarah Pekanbaru". Pemda kota Pekanbaru. Diakses 1 October 2010.
- ^ Diah, M.; Siregar, J.; Dakung, S., (1986). Dampak modernisasi terhadap hubungan kekerabatan daerah Riau. Departemen Edukasi dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.
- ^ "Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 Republik Indonesia". Badan Pembinaan Hukum Nasional. Diakses 1 October 2010.
- ^ "Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 Republik Indonesia". Badan Pembinaan Hukum Nasional. Diakses 1 October 2010.
- ^ Syamsuddin, B. M. (1995). Tuturan rakyat dari Bintan. Grasindo. ISBN 979-553-705-9.
- ^ a b "Wilayah geografis". Pemda kota Pekanbaru. Diakses 1 October 2010.
- ^ "Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1987". Badan Pembinaan Hukum Nasional. Diakses 3 October 2012.
- ^ iklim.bmg.go.id Rata-Rata Suhu Udara Kota Pekanbaru.
- ^ a b Leo Suryadinata, Evi Nurvidya Arifin, Aris Ananta, Indonesia's Population: ethnicity and religion in a changing political landscape, Institute of Southeast Asian Studies, 2003
- ^ Parsudi Suparlan, Interaksi Antar Etnik di Beberapa Propinsi di Indonesia, Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-Harga Budaya Indonesia, 1989
- ^ "Masyarakat menurut Kabupaten/Kota 2006-2008". BPS Riau. Diakses 1 October 2010.
- ^ pekanbarukota.bps.go.id Masyarakat Kota Pekanbaru
- ^ riau.bps.go.id Jumlah Masyarakat 2010
- ^ Departemen Agama RI, (1996), Pembangunan sektor agama mengikuti ronde tinggal landas.
- ^ Butir 10, Rekomendasi Rapat Kerja Lembaga Norma budaya Melayu Riau (LAMR), tanggal 1-2 Maret 2005.
- ^ Muhammad, Fadel; Toruan, R.L. (2008). Reinventing local government: pengalaman dari daerah. Jakarta: Elex Media Komputindo. ISBN 979-27-3367-1.
- ^ http://preview.detik.com/detiknews/read/2006/06/20/184858/620224/10/pekanbaru-pesta-demokrasi-21-juni
- ^ www.kpu.go.id Tolak Hasil Pilkada Pekanbaru: Istri Gubernur Riau Gugat Ke Mahkamah Konstitusi (diakses pada 11 Januari 2012)
- ^ www.mahkamahkonstitusi.go.id Putusan MK Nomor 63/PHPU.D-IX/2011 (diakses pada 11 Januari 2012)
- ^ www.riau.go.id Syamsurizal Dilantik Berlaku PLT Walikota Pekanbaru (diakses pada 11 Januari 2012)
- ^ politik.vivanews.com Pilkada Ulang Pekanbaru, Firdaus Klaim Menang (diakses pada 11 Januari 2012)
- ^ berita.liputan6.com Pilkada Pekanbaru Dipilih Banyak Kecurangan (diakses pada 11 Januari 2012)
- ^ "Anggota DPRD Pekanbaru 2009-2014". www.pekanbaruriau.com. Diakses 1 October 2010.
- ^ "Gubernur Riau Harapkan Anggota DPRD Lepas sama sekali dari KKN". www.antaranews.com. Diakses 1 October 2010.
- ^ a b "45 DPR Kota Pekanbaru 2009-2014 Resmi Dilantik". www.riauinfo.com. Diakses 1 October 2010.
- ^ www.pekanbaru.go.id Pimpinan DPRD Kota Pekanbaru
- ^ "Kajian Ekonomi Regional Provinsi Riau Triwulan I 2010" (PDF). Bank Indonesia Pekanbaru. Diakses 7 November 2010.
- ^ Mal Ciputra Seraya
- ^ Pasar Cik Puan Tetap Akan Berlaku Pasar Tradisional
- ^ PT. Feraco, (2004), Indonesian investment and trading opportunity by province, regency, city, Volume 5, Fery Agung, ISBN 979-3824-18-2.
- ^ Susanto, B.W., Deliarnov, Tantoro, S., Perkembangan Investasi Sektor Industri dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Pekanbaru Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah, Jurnal Industri dan Perkotaan, Vol. XIII No 24, Agustus 2009.
- ^ www.riauinfo.com Bangkit Gedung Baru, Kapasitas Rawat Inap RSUD Arifin Achmad Bertambah (diakses pada 7 November 2010)
- ^ www.rssantamariapekanbaru.com RS Santa Maria
- ^ www.rsi-ibnusina.com RSI Ibnu Sina
- ^ pekanbaru.awalbros.com RS Permulaan Bros
- ^ www.depkes.go.id Profil kesehatan Riau 2006
- ^ pekanbarukota.bps.go.id Persentase Masyarakat Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut Ijazah Tahun 2004 - 2008
- ^ "Termegah di Indonesia, Perpustakan Soeaman HS resmi dibuka". Riauterkini.com. 2008-10-28.
- ^ Endarmoko, Eko, (1993), MEMOAR: senarai kiprah sejarah : diangkatkan dari majalah Tempo, Pustaka Utama Grafiti, ISBN 979-444-274-7.
- ^ nisn.jardiknas.org Data Siswa
- ^ riau.dapodik.org Data Sekolah
- ^ "Harga Lahan PLTU Rp10.000 per Meter". Pemda Kota Pekanbaru. Diakses 2 October 2010.
- ^ a b c "Kota Pekanbaru" (PDF). Diakses 7 November 2010.
- ^ www.angkasapura2.co.id Passenger (diakses pada 7 Januari 2013)
- ^ Dulm, J. van, et al. Geïllustreerde atlas van de Japanse kampen in Nederlands-Indië, 1942-1945 Purmerend: Asia Maior, 2000-2002, 2 vols.
- ^ Hovinga, Henk, Eindstation Pakan Baroe 1944-1945: dodenspoorweg door het oerwoud Amsterdam: Buijten & Schipperheijn, 1982.
- ^ www.rajaalihaji.comRaja Ali Haji - Tokoh Sastrawan dan Intelektual
- ^ Abdul Baqir Zein, (1999), Masjid-masjid bersejarah di Indonesia, Gema Insani, ISBN 979-561-567-X.
- ^ Tri Maya Yulianingsih, Ratino, (2010), Jelajah wisata Nusantara: beragam pilihan tujuan wisata di 33 provinsi, Diniagakan Swadaya, ISBN 979-788-166-0.
- ^ www.zamrudtv.com Ribuan Masyarakat Hadiri Pesta Norma budaya Tabuik
- ^ Amril Amarullah. PSPS Berbagi Kandang di Padang. VIVANews, 22 September 2010. Diakses pada 23 September 2010.
- ^ pekanbaru.tribunnews.com PSPS Lakukan Perwatan Stadion Kuansing
- ^ www.ponxviii-riau.com Venues/Lokasi Cara PON XVIII Riau 2012 (diakses pada 7 November 2010)
- ^ Tempo, Volume 9, Badan Usaha Jaya Press Jajasan Jaya Raya, 1979.
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi Pemerintahan Kota Pekanbaru
- (Indonesia) Situs web resmi Pemerintahan Provinsi Riau
- (Indonesia) Situs web resmi BPS Indonesia
- (Indonesia) (Inggris) Situs yang berisi data statistik resmi
|
|
|
|
Kota | Provinsi | Populasi | Kota | Provinsi | Populasi | ||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Jakarta | DKI Jakarta | 9.607.787 | ![]() Kota Pekanbaru | 7 | Depok | Jawa Barat | 1.738.570 | |
2 | Surabaya | Jawa Timur | 2.765.487 | 8 | Semarang | Jawa Tengah | 1.555.984 | ||
3 | Bandung | Jawa Barat | 2.394.873 | 9 | Palembang | Sumatera Selatan | 1.763.475 | ||
4 | Bekasi | Jawa Barat | 2.334.871 | 10 | Makassar | Sulawesi Selatan | 1.338.663 | ||
5 | Ajang | Sumatera Utara | 2.097.610 | 11 | Tangerang Selatan | Banten | 1.290.322 | ||
6 | Tangerang | Banten | 1.798.601 | 12 | Batam | Kepulauan Riau | 1.153.860 |
jakarta-barat.al-quran.co, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, dll-nya.