
Penggalang kapal Perusahaan Hindia Timur Belanda di Amsterdam, sekitar tahun 1750.

Replika Amsterdam (1749)
Kongsi Perdagangan Hindia-Timur (Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC) yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 merupakan persekutuan dagang asal Belanda yang memiliki monopoli bagi keaktifan perdagangan di Asia. Disebut Hindia Timur karena mempunyai pula VWC yang merupakan persekutuan dagang bagi kawasan Hindia Barat. Perusahaan ini dianggap sebagai perusahaan multinasional pertama di dunia [2] sekaligus merupakan perusahaan pertama yang mengeluarkan sistem pembagian saham.[3]
Meskipun sebenarnya VOC merupakan sebuah badan dagang saja, tetapi badan dagang ini istimewa karena didukung oleh negara dan diberi fasilitas-fasilitas sendiri yang istimewa. Misalnya VOC boleh memiliki tentara dan boleh bernegosiasi dengan negara-negara lain. Bisa dituturkan VOC merupakan negara dalam negara.
VOC memiliki enam anggota (Kamers) di Amsterdam, Middelburg (untuk Zeeland), Enkhuizen, Delft, Hoorn, dan Rotterdam. Delegasi dari ruang ini berhimpun sebagai Heeren XVII (XVII Tuan-Tuan). Kamers menyumbangkan delegasi ke dalam tujuh belas berdasarkan dengan proporsi modal yang mereka bayarkan; delegasi Amsterdam berjumlah delapan.
Di kalangan orang Indonesia VOC memiliki istilah populer Kompeni atau Kumpeni. Istilah ini diambil dari ujar compagnie dalam nama komplit perusahaan tersebut dalam bahasa Belanda. Tetapi rakyat Nusantara lebih mengenal Kompeni sebagai tentara Belanda karena penindasannya dan pemerasan kepada rakyat Nusantara yang sama seperti tentara Belanda.

Logo Kamar Dagang VOC di Amsterdam
Latar belakang
Datangnya orang Eropa melewati jalur laut diawali oleh Vasco da Gama, yang pada tahun 1497-1498 sukses berlayar dari Eropa ke India melewati Tanjung Pengharapan (Cape of Good Hope) di ujung selatan Afrika, sehingga mereka tidak butuh lagi berlomba dengan pedagang-pedagang Timur Tengah bagi memperoleh akses ke Asia Timur, yang selama ini ditempuh melewati jalur darat yang sangat berbahaya. Pada awalnya, tujuan utama bangsa-bangsa Eropa ke Asia Timur dan Tenggara termasuk ke Nusantara merupakan bagi perdagangan, demikian juga dengan bangsa Belanda. Misi dagang yang lalu dilanjutkan dengan politik pemukiman (kolonisasi) dilaksanakan oleh Belanda dengan kerajaan-kerajaan di Jawa, Sumatera dan Aibku, sedangkan di Suriname dan Curaçao, tujuan Belanda sejak awal merupakan kukuh kolonisasi (pemukiman). Dengan latar belakang perdagangan inilah awal kolonialisasi bangsa Indonesia (Hindia Belanda) berawal.
Selama zaman ke 16 perdagangan rempah-rempah didominasi oleh Portugis dengan memanfaatkan Lisbon sebagai pelabuhan utama. Sebelum revolusi di negeri Belanda kota Antwerp memegang peranan penting sebagai distributor di Eropa Utara, akan tetapi setelah tahun 1591 Portugis mengadakan kerjasama dengan firma-firma dari Jerman, Spanyol dan Italia memanfaatkan Hamburg sebagai pelabuhan utama sebagai tempat bagi mendistribusikan barang-barang dari Asia, memindah jalur perdagangan tidak melewati Belanda. Namun ternyata perdagangan yang dilaksanakan Portugis tidak efisien dan tidak mampu menyuplai permintaan yang terus meninggi, terutama lada. Suplai yang tidak lancar menyebabkan harga lada meroket pada saat itu. Selain itu Unifikasi Portugal dan Kerajaan Spanyol (yang masih dalam sifat perang dengan Belanda pada saat itu) pada tahun 1580, menciptakan kekhawatiran tersendiri bagi Belanda. ketiga faktor tersebutlah yang mendorong Belanda memasuki perdagangan rempah-rempah Interkontinental. Dihabisi Jan Huyghen van Linschoten dan Cornelis de Houtman mendapatkan "jalur rahasia" pelayaran Portugis, yang membawa pelayaran pertama Cornelis de Houtman ke Banten, pelabuhan utama di Jawa pada tahun 1595-1597.
Pada tahun 1596 empat kapal ekspedisi dikepalai oleh Cornelis de Houtman berlayar menuju Indonesia, dan merupakan kontak pertama Indonesia dengan Belanda. Ekspedisi ini mencapai Banten, pelabuhan lada utama di Jawa Barat, disini mereka terlibat dalam perseteruan dengan orang Portugis dan penduduk lokal. Houtman berlayar lagi ke arah timur melewati pantai utara Jawa, sempat diserang oleh penduduk lokal di Sedayu mempunyai akibat pada kehilangan 12 orang awak, dan terlibat perseteruan dengan penduduk lokal di Madura menyebabkan terbunuhnya seorang pimpinan lokal. Setelah kehilangan separuh awak maka pada tahun berikutnya mereka mengadili bagi kembali ke Belanda namun rempah-rempah yang dibawa cukup bagi menghasilkan keuntungan.

Kamar Dagang VOC di Amsterdam
Merupakan para pedagang Inggris yang memulai mendirikan perusahaan dagang di Asia pada 31 Desember 1600 yang disebut The British East India Company dan berpusat di Kalkuta. Lalu Belanda menyusul tahun 1602 dan Perancis pun tak ingin ketinggalan dan mendirikan French East India Company tahun 1604.
Pada 20 Maret 1602, para pedagang Belanda mendirikan Verenigde Oost-Indische Compagnie - VOC (Perkumpulan Dagang India Timur). Di masa itu, terjadi persaingan sengit di antara negara-negara Eropa, yaitu Portugis, Spanyol lalu juga Inggris, Perancis dan Belanda, bagi memperebutkan hegemoni perdagangan di Asia Timur. Bagi menghadapai masalah ini, oleh Staaten Generaal di Belanda, VOC diberi wewenang memiliki tentara yang harus mereka biayai sendiri. Selain itu, VOC juga mempunyai hak, atas nama Pemerintah Belanda -yang waktu itu masih berbentuk Republik- bagi menciptakan akad kenegaraan dan menyatakan perang terhadap suatu negara. Wewenang ini yang mengakibatkan, bahwa suatu perkumpulan dagang seperti VOC, dapat berperan seperti layaknya satu negara.
Perusahaan ini mendirikan markasnya di Batavia (sekarang Jakarta) di pulau Jawa. Pos kolonial lainnya juga didirikan di tempat lainnya di Hindia Timur yang lalu dibuat sebagai Indonesia, seperti di kepulauan rempah-rempah (Aibku), yang termasuk Kepulauan Banda di mana VOC manjalankan monopoli atas pala dan fuli. Metode yang digunakan bagi mempertahankan monompoli termasuk kekerasan terhadap populasi lokal, dan juga pemerasan dan pembunuhan massal.
Pos perdagangan yang lebih tentram di Deshima, pulau buatan di lepas pantai Nagasaki, merupakan tempat satu-satunya di mana orang Eropa dapat berjualan dengan Jepang.
Tahun 1603 VOC memperoleh izin di Banten bagi mendirikan kantor perwakilan, dan pada 1610 Pieter Both dinaikkan dibuat sebagai Gubernur Jenderal VOC pertama (1610-1614), namun ia memilih Jayakarta sebagai basis administrasi VOC. Sementara itu, Frederik de Houtman dibuat sebagai Gubernur VOC di Ambon (1605 - 1611) dan setelah itu dibuat sebagai Gubernur bagi Aibku (1621 - 1623).
Hak istimewa
Hak-hak istimewa yang tercantum dalam Oktrooi (Piagam/Charta) tanggal 20 Maret 1602 meliputi:
- Hak monopoli bagi berjualan dan berlayar di wilayah sebelah timur Tanjung Keinginan dan sebelah barat Selat Magelhaens serta menguasai perdagangan bagi kepentingan sendiri;
- Hak kedaulatan (soevereiniteit) sehingga dapat berperan layaknya suatu negara untuk:
- memelihara tingkatan perang,
- memaklumkan perang dan menciptakan perdamaian,
- merebut dan menduduki daerah-daerah asing di luar Negeri Belanda,
- menyuruh mengadakan daerah-daerah tersebut,
- menetapkan/mengeluarkan mata-uang sendiri, dan
- memungut pajak.

Sebuah saham Perusahaan Hindia Timur Belanda, tertanggal 7 November 1623, bagi banyak 2.400 florin
Garis waktu
Pada 1652, Jan van Riebeeck mendirikan pos di Tanjung Keinginan (ujung selatan Afrika, sekarang ini Afrika Selatan) bagi menyediakan kapal VOC bagi perjalanan mereka ke Asia Timur. Pos ini lalu dibuat sebagai koloni sungguhan ketika kebanyakan lagi orang Belanda dan Eropa lainnya mulai tinggal di sini. Pos VOC juga didirikan di Persia (sekarang Iran), Benggala (sekarang Bangladesh) dan beberapa India), Ceylon (sekarang Sri Lanka), Malaka (sekarang Malaysia), Siam (sekarang Thailand), Cina daratan (Kanton), Formosa (sekarang Taiwan) dan selatan India. Pada 1662, Koxinga mengusir Belanda dari Taiwan.
Pada 1669, VOC merupakan perusahaan pribadi terkaya dalam sepanjang sejarah, dengan lebih dari 150 perahu dagang, 40 kapal perang, 50.000 pekerja, tingkatan bersenjata pribadi dengan 10.000 tentara, dan pembayaran dividen 40%.
Perusahaan ini hampir selalu terjadi konflik dengan Inggris; hubungan keduanya memburuk ketika terjadi Pembantaian Ambon pada tahun 1623. Pada zaman ke-18, kepemilikannya memfokuskan di Hindia Timur. Setelah peperangan keempat antara Provinsi Bersatu dan Inggris (1780-1784), VOC mendapatkan kesukaran finansial, dan pada 17 Maret 1798, perusahaan ini ditiadakan, setelah Belanda diinvasi oleh tentara Napoleon Bonaparte dari Perancis. Hindia Timur diserahkan kepada Kerajaan Belanda oleh Kongres Wina di 1815.
Tujuan VOC
Tujuan utama dibentuknya VOC seperti tercermin dalam perundingan 15 Januari 1602 merupakan bagi “menimbulkan bencana pada musuh dan artian keamanan tanah air”. Yang dimaksud musuh saat itu merupakan Portugis dan Spanyol yang pada kurun Juni 1580 – Desember 1640 bergabung dibuat sebagai satu kekuasaan yang akan merebut dominasi perdagangan di Asia. Bagi sementara waktu, melewati VOC bangsa Belanda masih menjalin hubungan adun bersama penduduk Nusantara.
Pembubaran VOC
Pada pertengahan zaman ke-18 VOC mengalami kemunduran karena beberapa sebab sehingga ditiadakan. Alasannya merupakan sebagai berikut:
- Banyak pegawai VOC yang curang dan korupsi
- Banyak pengeluaran bagi biaya peperangan contoh perang melawan Hasanuddin dari Gowa
- Banyaknya gaji yang harus dibayar karena kekuasaan yang luas membutuhkan pegawai yang banyak
- Pembayaran Devident (keuntungan) bagi pemegang saham ikut memberatkan setelah pemasukan VOC kekurangan
- Bertambahnya saingan dagang di Asia terutama Inggris dan Perancis
- Perubahan politik di Belanda dengan berdirinya Republik Bataaf 1795 yang demokratis dan liberal menganjurkan perdagangan bebas.
Berdasarkan alasan di atas VOC ditiadakan pada tanggal 31 Desember 1799 dengan pinjam 136,7 juta gulden dan kekayaan yang ditinggalkan berupa kantor dagang, gudang, benteng, kapal serta kawasan kekuasaan di Indonesia.
Kapal VOC
- Kapal VOC Amsterdam
- Kapal VOC Batavia
Lihat pula
Referensi
- ^ "The Dutch East India Company (VOC)". Canon van Nederland. Retrieved 19 March 2011.
- ^ http://www.kb.nl/dossiers/voc/voc.html VOC at the National Library of the Netherlands (in Dutch)
- ^ Mondo Visione web site: Chambers, Clem. "Who needs stock exchanges?" Exchanges Handbook. -- retrieved 21 August 2011.
Pranala luar
- (Inggris) Saham tertua di dunia (VOC 1606)
- (Inggris) Mencicipi petualangan - Sejarah rempah-rempah juga sejarah perdagangan The Economist, 17 Desember 1998.
- (Indonesia) VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie)
Sumber :
id.wikipedia.org, buku.us, jakarta-barat.pahlawan.web.id, wiki.edunitas.com, dll-nya.