Habib Umar bin Hafidz

Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz
Nama asliعمر ﺁبن حفيظ
Keluar dari kandunganعمر
27 Mei 1963 [1]
Tarim, Hadhramaut, Yaman
KediamanTarim, Hadhramaut, Yaman
KerakyatanYamani
SukuArab
PekerjaanUlama, guru, Da'i
OrganisasiDar-al Musthafa
Dikenal karenaPendiri dan ketua
Dar-al Musthafa, Risalah Amman
AgamaIslam
DenominasiSunni (Syafi'i)
Orang tuaMuhammad bin Salim bin Hafiz (ayah)
Situs web
www.alhabibomar.com

Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz Dia diadakan pada hari senin, 27 Mei 1963 M [Kalender Hijriyah: 4 Muharram 1383][1]. Yaitu seorang ulama alam era modern. Habib ‘Umar sekarang tinggal di Tarim, Yaman dimana dia mengawasi perkembangan di Dar-al Musthafa dan bermacam sekolah beda yang telah didirikan dibawah manajemen dia. Dia sedang memegang peran aktif dalam dakwah agama Islam, sedemikian aktifnya sehingga dia meluangkan hampir sepanjang tahunnya mengunjungi bermacam negara di seluruh alam demi mengerjakan kegiatan-kegiatan besarnya[2].

Kehidupan awal

Dia terlahir di Tarim, Hadramaut, salah satu kota tertua di Yaman yang dijadikan sangat terkenal di seluruh alam dengan berlimpahnya para ilmuwan dan para alim ulama yang dihasilkan kota ini selama beberapa abad lamanya[2]. Dia dibesarkan di dalam keluarga yang memiliki tradisi keilmuan Islam dan kejujuran moral dengan ayahnya yang yaitu seorang pejuang martir yang terkenal, Sang Intelektual, Sang Da’i Besar, Muhammad bin Salim bin Hafiz bin Shaikh Abu Bakr bin Salim[2]. Ayahnya yaitu salah seorang ulama intelektual Islam yang memperuntukan hidup mereka demi penyebaran agama Islam dan pengajaran Hukum Suci serta aturan-aturan besar dalam Islam[2]. Dia secara tragis diculik oleh kelompok komunis dan diperkirakan telah meninggal[2]. Demikian pula kedua kakek dia, al-Habib Salim bin Hafiz dan al-Habib Hafiz bin Abd-Allah yang yaitu para intelektual Islam yang sangat dihargai kaum ulama dan intelektual Muslim pada masanya[2].

Nasab [2][3].

Dia yaitu al-Habib ‘Umar putera dari Muhammad putera dari Salim putera dari Hafiz putera dari Abd-Allah putera dari Abi Bakr putera dari‘Aidarous putera dari al-Hussain putera dari al-Shaikh Abi Bakr putera dari Salim putera dari ‘Abd-Allah putera dari ‘Abd-al-Rahman putera dari ‘Abd-Allah putera dari al-Shaikh ‘Abd-al-Rahman al-Saqqaf putera dari Muhammad Maula al-Daweela putera dari ‘Ali putera dari ‘Alawi putera dari al-Faqih al-Muqaddam Muhammad putera dari ‘Ali putera dari Muhammad Sahib al-Mirbat putera dari ‘Ali Khali‘ Qasam putera dari ‘Alawi putera dari Muhammad putera dari ‘Alawi putera dari ‘Ubaidallah putera dari al-Imam al-Muhajir to Allah Ahmad putera dari ‘Isa putera dari Muhammad putera dari ‘Ali al-‘Uraidi putera dari Ja’far al-Sadiq putera dari Muhammad al-Baqir putera dari ‘Ali Zain al-‘Abidin putera dari Hussain sang cucu laki-laki, putera dari pasangan ‘Ali putera dari Abu Talib dan Fatimah al-Zahra puteri dari Rasul Muhammad s.a.w.

Masa Kecil [2]

Dia telah mampu menghafal Al-Qur'an pada usia yang sangat muda dan dia juga menghafal bermacam teks inti dalam fikih, hadits, Bahasa Arab dan bermacam ilmu-ilmu keagamaan yang membikinnya termasuk dalam lingkaran keilmuan yang dipegang teguh oleh begitu banyaknya ulama-ulama tradisional seperti Muhammad bin ‘Alawi bin Shihab dan al-Shaikh Fadl Baa Fadl serta para ulama beda yang mengajar di Ribat, Tarim. Dia pun menyelidiki bermacam ilmu termasuk ilmu-ilmu spiritual keagamaan dari ayahnya yang meninggal syahid, al-Habib Muhammad bin Salim, yang darinya didapatkan cinta dan perhatiannya yang mendalam pada da’wah dan bimbingan atau tuntunan keagamaan dengan cara Allah s.w.t. Ayahnya begitu memperhatikan sang ‘Umar kecil yang selalu kedatangan di sisi ayahnya di dalam lingkaran ilmu dan zikir.

Namun secara tragis, ketika al-Habib ‘Umar sedang menemani ayahnya untuk sholat Jum‘ah, ayahnya diculik oleh golongan komunis, dan sang ‘Umar kecil sendirian pulang ke rumahnya dengan sedang membawa syal kepunyaan ayahnya, dan sejak kala itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi. Ini menyebabkan ‘Umar muda menganggap bahwa tanggung jawab untuk meneruskan pekerjaan yang diterapkan ayahnya dalam bidang Da‘wah sama seperti seakan-akan syal sang ayah dijadikan bendera yang diberikan padanya di masa kecil sebelum dia tidak hidup syahid. Sejak itu, dengan sang bendera dikibarkannya tinggi-tinggi, dia memulai, secara bersemangat, perjalanan penuh perjuangan, mengerahkan orang-orang, membentuk wujud Majelis-majelis dan da’wah. Perjuangan dan usahanya yang keras demi meneruskan pekerjaan ayahnya mulai membuahkan hasil. Kelas-kelas mulai diungkap untuk anak muda maupun orang tua di mesjid-mesjid setempat dimana ditawarkan bermacam kesempatan untuk menghafal Al Qur’an dan untuk berupaya dapat ilmu-ilmu tradisional.

Dikirim ke kota Al Bayda [2]

Dia sesungguhnya telah benar-benar memahami Kitab Suci sehingga dia telah diberikan sesuatu yang khusus dari Allah meskipun usianya sedang muda. Namun hal ini mulai mengakibatkan kekhawatiran akan perihal terjaminnya dan yang belakang sekalinya diputuskan dia dikirim ke kota Al-Bayda’ yang terletak di tempat yang dinamakan Yaman Utara yang merupakannya tidak dekat dari jangkauan mereka yang berhasrat mencelakai sang sayyid muda.

Disana dimulai babak penting baru dalam perkembangan dia. Datang sekolah Ribat di al-Bayda’ dia mulai berupaya dapat ilmu-ilmu tradisional dibawah bimbingan berbakat dari yang Besar al-Habib Muhammad bin ‘Abd-Allah al-Haddar, semoga Allah mengampuninya, dan juga dibawah bimbingan ulama mazhab Shafi‘i al-Habib Zain bin Sumait, semoga Allah melindunginya. Janji dia terpenuhi ketika yang belakang sekalinya dia ditunjuk menjadi seorang guru tak lama sesudahnya. Dia juga terus meneruskan perjuangannya yang melelahkan dalam bidang Da‘wah.

Kali ini tempatnya yaitu al-Bayda’ dan kota-kota serta desa-desa disekitarnya. Tiada satu pun yang terlewat dalam usahanya untuk mengenalkan kembali cinta kasih Allah dan Rasul-Nya s.a.w pada hati mereka seluruhnya. Kelas-kelas dan majelis didirikan, pengajaran dimulai dan orang-orang diasuh. Usaha dia yang demikian gigih menyebabkannya tidak cukup tidur dan istirahat mulai menunjukkan hasil yang besar untuk mereka tersentuh dengan nasihatnya, terutama para pemuda yang sebelumnya telah terjerumus dalam kehidupan yang kosong dan dangkal, namun sekarang telah mengalami perubahan mendalam sampai mereka ingat bahwa hidup memiliki tujuan, mereka bangga dengan indentitas baru mereka menjadi orang Islam, mengenakan sorban/selendang Islam dan mulai memusatkan perhatian mereka untuk meraih sifat-sifat luhur dan besar dari Sang Rasul Pesuruh Allah s.a.w.

Perjuangan Da'wah

Sejak kala itu, sekelompok besar orang-orang yang telah dipengaruhi dia mulai berkumpul mengelilingi dia dan membantunya dalam perjuangan da‘wah maupun keteguhan dia dalam mengajar di bermacam kota besar maupun kecil di Yaman Utara. Pada masa ini, dia mulai mengunjungi banyak kota-kota maupun warga diseluruh Yaman, mulai dari kota Ta'iz di utara, untuk berupaya dapat ilmu dari mufti Ta‘iz al-Habib Ibrahim bin Aqil bin Yahya yang mulai menunjukkan pada dia perhatian dan cinta yang besar sebagaimana dia menemukan perlakuan yang sama dari Shaikh al-Habib Muhammad al-Haddar sehingga dia memberikan puterinya untuk dinikahi setelah menyaksikan bahwa dalam diri dia terdapat sifat-sifat kejujuran dan kebijakan yang besar.

Ibadah haji

Tak lama setelah itu, dia mengerjakan perjalanan melelahkan demi mengerjakan ibadah Haji di Mekkah dan untuk mengunjungi makam Rasul s.a.w di Madinah. Dalam perjalanannya ke Hijaz, dia diberkahi kesempatan untuk menyelidiki beberapa kitab dari para ulama terkenal disana, terutama dari al-Habib 'Abdul Qadir bin Ahmad al-Saqqaf yang menyaksikan bahwa di dalam diri ‘Umar muda, terdapat semangat pemuda yang penuh cinta untuk Allah dan Rasul-Nya s.a.w dan sungguh-sungguh tenggelam dalam penyebaran ilmu dan perlakuan benar terhadap sesama umat manusia sehingga dia dicintai al-Habib Abdul Qadir salah seorang guru besarnya. Begitu pula dia diberkahi untuk menerima ilmu dan bimbingan dari kedua pilar perlakuan benar di Hijaz, yakni al-Habib Ahmed Mashur al-Haddad dan al-Habib 'Attas al-Habashi.

Awal dikenal alam [2]

Setelah Perjalanan ke Hijaz nama al-Habib Umar bin Hafiz mulai tersebar luas terutama disebabkan kegigihan usaha dia dalam menyerukan agama Islam dan memperbaharui ajaran-ajaran awal yang tradisional. Namun kepopuleran dan ketenaran yang besar ini tidak sedikitpun mengurangi usaha pengajaran dia, bahkan sebaliknya, ini merupakannya menemukan sumber tambahan dimana tujuan-tujuan besar bedanya dapat dipertahankan. Tiada waktu yang terbuang sia-sia, setiap kala dipenuhi dengan mengingat Allah dalam bermacam manifestasinya, dan dalam bermacam situasi dan lokasi yang berlainan. Perhatiannya yang mendalam terhadap menciptakan keimanan terutama pada mereka yang kedatangan didekatnya, telah dijadikan salah satu dari perilaku dia yang paling terlihat terang sehingga membikin nama dia tersebar luas bahkan sampai sampai ke Alam Baru.

Negara Oman akan dijadikan fase berikutnya dalam pergerakan menuju pembaharuan masa waktu seratus tahun ke-15. Setelah menyambut patut undangan dari sekelompok Muslim yang memiliki hasrat dan keinginan menggebu untuk menerima faedah dari nasihatnya, dia meninggalkan tanah kelahirannya dan tidak kembali sampai beberapa tahun lalu. Bibit-bibit pengajaran dan kebesaran juga ditanamkan di kota Shihr di Yaman timur, kota pertama yang disinggahinya ketika kembali ke Hadramaut, Yaman. Disana ajaran-ajaran dia mulai tertanam dan diabadikan dengan pembangunan Ribat al-Mustafa. Ini yaitu titik balik utama dan dapat memberi tanda lebih dari satu jalan, dalam hal melengkapi bidang teoritis dari usaha ini dan menciptakan bukti-bukti kongkrit yang dapat mewakili pengajaran-pengajaran pada masa hadapan.

Pulang ke Tarim

Kepulangannya ke Tarim dijadikan tanda sebuah perubahan mendasar dari tahun-tahun yang dia habiskan untuk berupaya dapat, mengajar, menciptakan mental agamis orang-orang disekelilingnya, menyebarkan seruan dan menyerukan yang benar serta melarang yang salah[2]. Pada tahun 1993 M atau sekitar 1414 H, Al Habib umar mengabadikan ajaran-ajarannya dengan menciptakan Dar-al Musthafa/Pondok Pesantren Darul Musthafa[4]. Pesantren ini didirikan dengan tiga tujuan :

  1. Mengajarkan bermacam disiplin ilmu keislaman secara bertatap muka(talaqqi) dan para pengajarnya yaitu para berbakat yang memiliki sanad keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan.[4]
  2. Menyucikan diri dan membentuk akhlaq[4]
  3. Menyebarkan ilmu yang kedatangan manfaatnya serta berdakwah menyeru untuk jalan yang dirihai Allah swt dan berlandaskan dengan apa-apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW serta para salafunassahlihin[4]

Dar-al Musthafa dijadikan hadiah dia untuk alam, dan di pesantren itu pulalah nasihat para salafunasshalihin diserukan, sampai menyebar ke seluruh penjuru alam[4]. Dalam waktu yang dapat diceritakan demikian singkat, penduduk Tarim akan menyaksikan berkumpulnya pada murid dari bermacam kawasan yang tidak dekat bersatu di satu kota yang hampir terlupakan ketika sedang didiami para pembangkang komunis[2][4]. Murid-murid dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Kepulauan Comoro, Tanzania, Kenya, Mesir, Inggris, Pakistan, Amerika Serikat dan Kanada, juga negara-negara Arab beda dan negara bagian di Arab akan diawasi secara langsung oleh Habib Umar[2][4]. Mereka ini akan dijadikan kaki tangan dan penerus dari apa yang sekarang telah dijadikan perjuangan asli demi memperbaharui nasihat Islam tradisional di masa waktu seratus tahun ke-15 setelah hari kebangkitan[2]. Berdirinya bermacam institusi Islami serupa di Yaman dan di negara-negara beda dibawah manajemen Al Habib Umar akan dijadikan sebuah tonggak utama dalam penyebaran Ilmu dan perilaku besar serta menyediakan kesempatan untuk orang-orang awam yang kesempatan tersebut dahulunya telah dirampas dari mereka[2].

Dakwah di Indonesia

Awal kemunculan Habib Umar ke Indonesia yaitu pada tahun 1994[5]. Dia diutus oleh Al Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf yang kedatangan di Jeddah untuk mengingatkan dan menggugah ghirah(semangat atau rasa kepedulian) para Alawiyyin Indonesia, diakibatkan sebelumnya kedatangan keluhan dari Habib Anis bin Alwi al-Habsyi seorang ulama dan tokoh asal Kota Solo/ Kota Surakarta, Jawa Tengah tentang kondisi para Alawiyyin di Indonesia yang mulai tidak dekat dan lupa akan nilai-nilai nasihat para leluhurnya[5].

Dakwah dia juga sangat dirasakan kesejukannya dan direspon dengan hangat oleh umat Islam di Indonesia[1]. Warga menyambut dia dengan sangat antusias dan hangat, mengingat bahwa kakek dia yang kedua, Al Habib Hafidz bin Abdullah bin Syekh Abubakar bin Salim, berasal dari Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia. Dakwah dia yang sangat indah dan sejuk itu yang bersumber dan kakek dia Nabi Muhammad saw, sangatlah diterima oleh bermacam kalangan, patut pemerintah maupun rakyat, kaya ataupun miskin, tua muda[1].

Di Indonesia Al Habib Umar sudah beberapa kali membikin kerjasama dengan pihak bahkan pemerintah Indonesia, dalam hal ini Ditjen Kelembagaan Keagamaan Kementerian Agama Indonesia memohon pembuatan kerjasama dengan Al Habib Umar dan Dar-al Musthafa untuk pengiriman Sumber daya manusia yang bermutu, khususnya para kiai pimpinan pondok pesantren untuk menyertai program pesantren kilat selama tiga bulan dibawah bimbingan langsung Al Habib Umar[1]. Sampai kala ini, banyak sudah santri-santri di Indonesia yang menuntut ilmu di pondok pesantren yang dia pimpin, Dar-al Musthafa di Hadhramaut, dan telah menciptakan banyak da’i-da’i yang meneruskan perjuangan dakwahnya di bermacam kawasan di Indonesia[1].

Penghargaan & Kiprah Internasional

The Second Muslim Catholic Forum 2011, at the Baptism Site, Jordan
A Common Word Conference with The Archbishop of Canterbury and Cambridge University October 15, 2008
  1. Pada tanggal 22 Februari sampai dengan 2 Maret 2003 (26-29 Dzul Hijjah 1423 H) di Dar-al Musthafa, Tarim dia merintis upaya persatuan dalam aktifitas dakwah, dengan menciptakan multaqa ulama atau simponsium yang dalam pertemuan itu di hadiri oleh bermacam ulama dari belahan alam, dan lalu berlanjut pada pertemuan berikutnya diberbagai penjuru alam dalam skala lokal maupun internasional[6]
  2. Habib Umar termasuk menjadi salah seorang penandatangan dari dua dokumen internasional yang berpengaruh, yaitu Risalah Amman pada tahun 2005, pada urutan tandatangan nomor 549[7], dan A Common Word (bahasa Inggris: A Common Word Between Us and You) pada tahun 2007 dalam urutan tandatangan nomor 42[8], yang keduanya ditandatangani oleh tokoh-tokoh Muslim alam, termasuk di antaranya beberapa pemimpin Muslim Indonesia[6]
  3. Di Indonesia, Habib Umar mendeklarasi berdirinya Majelis Almuwasholah Bayna Ulama Al Muslimin atau Forum Silaturrahmi Antar Ulama pada tahun 1327 H / 2007 M.
  4. Tahun 2009, New York Times menampilkan Al Habib Umar dan Darul Musthafa dalam salah satu pemberitaannya[6]
  5. Al Habib Umar bin Hafizh termasuk salah satu dari 50 Urutan teratas dari The Muslim 500: The Wordl's 500 Most Influential Muslims(bahasa Inggris: The 500 Most Influental Muslims), yang diterbitkan oleh Center for Muslim-Christian Understanding, Georgetown University(bahasa Inggris: Georgetown University), Amerika Serikat, yang dikepalai oleh sarjana studi Islam ternama John Esposito[6][9](bahasa Inggris: John Esposito).

.

Wasiat dan Nasihat

  1. Penuhilah hatimu dengan kecintaan terhadap beradik-berkakakmu, niscaya akan menyempurnakan tidak cukupmu dan mengangkat derajatmu di sisi Allah[10]
  2. Benda/barang siapa semakin mengenal untuk Allah niscaya akan semakin takut kepada-Nya.[10]
  3. Benda/barang siapa yang tidak mau duduk dengan orang-orang yang beruntung, bagaimana barangkali dia akan dijadikan orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang duduk dengan orang-orang yang beruntung, bagaimana barangkali dia tidak akan dijadikan orang yang beruntung.[10]
  4. Benda/barang siapa merupakan kematiaannya menjadi pertemuan dengan Sang Kekasih (Yaitu Allah swt dan Rasul-Nya), maka gugurnya itu yaitu hari raya untuknya.[10]
  5. Benda/barang siapa percaya dan yakin pada risalah diutusnya Nabi Muhammad saw, maka dia akan mengabdi dan menannggung sabar karenanya. Dan benda/barang siapa percaya yang mengacikan risalah kerasulan Muhammad saw, maka dia akan mengorbankan harta dan jiwa untuknya.[10][11]
  6. Kedekatan seseorang dengan para nabi di hari kiamat sesuai perihal kadar perhatiannya terhadap dakwah kala orang tersebut kedatangan di alam alam.[11]
  7. Betapa anehnya penduduk bumi ini, semua yang kedatangan di bumi ini yaitu pelajaran, namun mengapa mereka tidak mau berupaya dapat darinya. Kukira tidak kedatangan sejengkal tanahpun di hadapan bumi, kecuali di situ kedatangan ibrah (pelajaran) untuk orang yang berakal apabila mau menyelidikinya.[11]
  8. Sebaik-baik nafsu yaitu yang dilawan dan seburuk-buruk nafsu yaitu yang disertai.[11]
  9. Tanpa menahan hawa nafsu maka manusia sama sekali tidak akan sampai pada Tuhannya. Ketahuilah bahwa kedekatan manusia terhadap Allah swt sesuai perihal kadar kesucian jiwanya.[11]
  10. Jikalau sebuah hati telah terbuka, maka dia akan menemukan apa yang dimintanya.[12]
  11. Benda/barang siapa yang benar samudra ilmu, lalu kejatuhan setetes hawa nafsu, maka hawa nafsu itu akan merusak samudra tersebut.[12]
  12. Sesaat dari saat-saat khidmat (pengabdian), lebih patut daripada melihat Arsy(singgasana Allah swt) dan seisinya seribu kali.[12]
  13. Menyatunya seorang murid dengan gurunya, yaitu awal di dalam menyatunya dengan Rasulullah SAW. Sedangkan menyatunya dengan Rasulullah SAW, yaitu awal untuk lupa untuk yang selain Allah swt[12]
  14. Manusia di setiap waktu senantiasa terdiri dari dua golongan. Golongan pertama yaitu, golongan yang diwajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas sujud. Sedangkan golongan kedua yaitu, golongan yang di wajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas keingkaran.[12][13]
  15. Benda/barang siapa yang menuntut keluhuran, maka tidak akan peduli terhadap pengorbanan.[13]
  16. Sesungguhnya di dalam sujud terdapat hakikat, yang mana apabila cahanya turun pada hati seorang hamba, maka hati tersebut akan sujud selama-lamanya dan tidak akan mengangkat kepala dari sujudnya.[13]
  17. Yang harus untuk kami yaitu harus dijadikan da’i(menyampaikan apa yang kami ketahui) dan tidak harus dijadikan qodli(hakim/orang yang memutuskan suatu perkara dalam agama) ataupun mufti (orang yang memberikan fatwa)[13]
  18. Artian dakwah yaitu memindahkan manusia dari kejelekan menuju kebaikan, dari kelalaian menuju tidak lupa untuk Allah swt dan dari keberpalingan kembali menuju Allah swt, serta dari sifat yang buruk menuju sifat yang patut[13]
  19. Syetan itu berupaya menemukan sahabat-sahabatnya dan Allah pula yang menjaga kekasih-kekasih-Nya.[14]
  20. Apabila semakin besar nilai ibadah dalam hati seseorang maka ringanlah semua kebiasaan untuknya dan akan keluar keagungan kebiasaan dari dirinya.[14]
  21. Apabila benar keluarnya seseorang di dalam berdakwah, maka dia akan meningkat ke derajat yang tinggi.[14]
  22. Keluarkanlah rasa takut untuk makhluk dari dalam hatimu, niscaya engkau akan tenang dengan rasa takut untuk Sang Khaliq (Allah swt yang Maha Pencipta). Dan keluarkanlah rasa meminta pada makhluk dari dalam hatimu maka engkau akan merasakan kenikmatan dengan hanya meminta pada Sang Khaliq.[14]
  23. Banyak bergurau dan bercanda yaitu pertanda sepinya hati dari membanggakan diri Allah swt dan yaitu tanda-tanda dari lemahnya keimanan seseorang.[14]
  24. Hakikat tauhid yaitu membaca Al Qur’an dengan merenungi artinya(Tadabbur) dan wujud diwaktu malam(untuk mengisi kebesaran diwaktu malam dengan bermacam ibadah yang mendatangkan keridhaan Allah swt).[15]
  25. Tidak akan meningkat pada derajat yang tinggi kecuali dengan himmah (cita-cita yang kuat).[15]
  26. Benda/barang siapa memperhatikan waktu, maka dia akan selamat dari murka Allah.[15]
  27. Salah satu dari penyebab turunnya bencana dan musibah yaitu sedikitnya orang yang menangis dalam keheningan malam.[15]
  28. Orang yang selalu benar hubungan dengan Allah swt, maka Allah swt akan memenuhi hatinya dengan rahmat-Nya di setiap waktu.[15]
  29. Janganlah urusan alam kami mengalahkan urusan kehidupan setealh didunia kami.[16]
  30. Carilah alam sebanyak barangkali, namun janganlah urusan alammu mengalahkan urusan kehidupan setealh diduniamu.[16]
  31. Selalulah bersyukur untuk segala pemberian Allah, patut yang besar maupun yang kecil. Contoh yang telah diajarkan Rasulullah SAW. Seperti menjilati tangan sehabis makan yaitu salah satu wujud perwujudan syukur kami untuk Allah swt.[16]
  32. Tidak menyisakan nasi dalam piring bidangan kami juga yaitu wujud rasa syukur kami, mengambil sebutir nasi yang terjatuh dari piring kami untuk dimakan yaitu juga suatu wujud perwujudan syukur kami untuk Allah swt.[16]
  33. Kami harus bersyukur walau hanya dapat makan dengan nasi putih saja. Karena Allah swt telah berfirman: "Barangsiapa bersyukur atas nikmat-Ku, maka Aku akan tambahkan nikmat kepadanya"(QS.Ibrahim-14:7). Wahai para hadirin, kata"Aku" disini yaitu Allah, jadi Allah sendiri yang akan menambahkan dan memberi tambahan nikmat-Nya atas orang yang mau bersyukur.""[16]
  34. Sungguh besar dan suci anugrah-Nya. Diceritakan bahwa barangsiapa yang taat dan patuh untuk Allah, maka memerintahkan alam untuk tunduk dan mendatanginya serta melayani hamba-Nya itu.[17]

Daftar Kitab Karangan

Al Habib Umar juga yaitu ulama yang produktif dalam menulis, di antara kitab karangan Dia adalah :

  1. Is'af at Thalibi[1][18]
  2. Ridha al-Khalaq bi bayan Makarimal Akhlaq[18]
  3. Taujihat at-Thullab[1][1][18]
  4. Syarah Mandzumah Sanad al-'Ulwi[18].
  5. adz-Dzakirah al-Musyarrafah(Fiqih)[1][3][18]
  6. Dhiyaullami'bidzikri Maulid an-Nabi asy-Syafi'(Maulid Nabi Muhammad SAW)[1][3][18]
  7. Khuluquna[1]
  8. Khulasoh madad an-nabawiy(Dzikir)[1][3]
  9. Syarobu althohurfi dhikri siratu badril budur[1]
  10. Taujihat nabawiyah[1]
  11. Nur aliman(Aqidah)[1][3]
  12. Almukhtar syifa alsaqim[1]
  13. Al washatiah[1]
  14. Mamlakatul qa’ab wa al ‘adha’[1]
  15. Muhtar Ahadits (Hadits)[3]
  16. Durul Asas (Nahu)[3]
  17. Tsaqafatul Khatib (Panduan Khutbah)[3]

Kitab Maulid adh-Dhiya' al-Lami' yaitu karya Al Habib Umar paling monumental yang mengandung syair pujian terhadap Rasulullah SAW, ummat islam Indonesia telah banyak mengenal dan membaca karya ini, yang juga mengenalnya dengan Maulid Al Habib Umar[18].

Sejarah Maulid Adh Dhiya Ulami [19]

Maulid Adh-Dhiya Ullami (Cahaya Yang Terang Benderang). Kitab yang disusun oleh Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad Al-Hafizh ini yaitu Kitab Maulid mutakhir.

Disuatu malam Al Musnid Habib Umar bin Hafidh memanggil salah seorang muridnya, lalu diberi perintahnya membawa pena dan kertas, seraya berkata : "Tulis..”, lalu dia mengucapkan maulid dhiya’ullami itu mulai sepertiga malam, dan sebelum waktu subuh telah selesai.

Maulid ini besar, karena angka angkanya dipaparkan menuliskan sejarah Nabi SAW, bait-bait shalawat pembukanya berjumlah 12 yang melambangkan kelahiran Nabi SAW yg tanggal 12 rabiul awal.

Alinea pertamanya dipadu dari 3 surat, yaitu surat Alfath, surat Attaubah dan Surat Al Ahzab. 3 surat ini melambangkan kelahiran Nabi Saw yaitu pada bulan tiga, yaitu rabiul awal, alinea pertama sampai Qiyam banyaknya 63 yaitu melambangkan usia Nabi SAW 63 tahun, maulid ini angka-angkanya menganggarkan sejarah Nabi SAW, tahun Hijrah Nabi SAW, banyak sahabat dsb.

Al Habib Umar yang berbakat dalam bahasa, syairnya bukan hanya Maulid Dhiya’ullami’, namun lebih dari seribu alinea syair telah diterbitkan dari ucapan dia, dengan banyak yang mencapai ratusan ribu bait.

Dia digelari Al Musnid, didasarkan karena setiap menyebut hadits dia mampu ataupun hafal menyebut sanadnya sampai Nabi SAW atau kutubusshahih.

Catatan Kaki

Daftar Pustaka

Website
Sumber Buku Bacaan
  • Tim Pustaka Basma (2012). Memahami Pribadi Suci Baginda Nabi SAW Melalui Maulid Dhiya'ullami. Malang, Indonesia: Pustaka Basma. ISBN 978-979-19699-7-0. 
  • Basyaiban, Muhsin; As-Syamfuriy, Sya'roni (2013). In Basyaiban, Muhsin. Majelisnya Pecinta Ulama & Habaib. Yogyakarta, Indonesia: Layar Creativa Mediatama. ISBN 602-148-330-5. 
  • Al Qadri, Alhamid Ja'far (2012). In Dairobi, Ahmad. Bijak Menyikapi Perbedaan Pendapat, Telaah atas Pemikiran Al Habib Umar bin Hafizh dalam membina Ukhuwah dan Menciptakan Dialog. Jakarta, Indonesia: Mizan Pustaka. ISBN 978-979-433-753-0. 

Pranala Luar




Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, jakarta-barat.kelas-karyawan.co.id, dll-nya.