Mamminasata

Kota Metropolitan MAMMINASATA yang mencakup Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar di Sulawesi Selatan akan menjadi proyek percontohan pengembangan tata ruang terpadu di Indonesia. Hal tersebut dikirimkan Gubernur Sulawesi Selatan H. Syahrul Yasin Limpo, antaraku Ketua Badan Kerjasama Pembangunan Metropolitan (BKSPMM) MAMMINASATA kepada Menteri Pekerjaan Umum Ir. Djoko Kirmanto, Dipl.HE, yang dikunjungi oleh Pejabat Eselon I Departemen PU, Bupati Gowa, Ketua Bappeda Kota Makassar, Wakil Bupati Maros, dan Wakil Bupati Takalar.

Pada kesempatan tersebut, Menteri PU memberitahukan sangat menghargai upaya Ditjen Penataan Ruang bersama Pemprov. Sulawesi Selatan sehingga dapat dilakukan kerjasama yang baik di antara pemda terkait. Dalam presentasinya, Ketua BKSPMM, mengemukakan bahwa gagasan rencana tata ruang terpadu wilayah Mamminasata telah menjadikan wilayah ini pusat/sentra pertumbuhan Kawasan Timur Indonesia dan pendorong bagi wilayah disekitarnya dan diprediksi akan menjadi ‘icon’ Sulawesi Selatan.

Cakupan Kawasan Perkotaan Mamminasata

Kawasan Perkotaan Mamminasata mencakup 46 (empat puluh enam) disktrik, yang terdiri atas:

a. seluruh wilayah Kota Makassar yang mencakup 14 (empat belas) wilayah disktrik, meliputi Disktrik Tamalanrea, Disktrik Biringkanaya, Disktrik Manggala, Disktrik Panakkukang, Disktrik Tallo, Disktrik Ujung Tanah, Disktrik Bontoala, Disktrik Wajo, Disktrik Ujung Pandang, Disktrik Makassar, Disktrik Rappocini, Disktrik Tamalate, Disktrik Mamajang, dan Disktrik Mariso;

b. seluruh wilayah Kabupaten Takalar yang mencakup 9 (sembilan) wilayah disktrik, meliputi Disktrik Mangarabombang, Disktrik Mappakasunggu, Disktrik Sanrobone, Disktrik Polombangkeng Selatan, Disktrik Pattallassang, Disktrik Polombangkeng Utara, Disktrik Galesong Selatan, Disktrik Galesong, dan Disktrik Galesong Utara;

c. beberapa wilayah Kabupaten Gowa yang mencakup 11 (sebelas) wilayah disktrik, meliputi Disktrik Somba Opu, Disktrik Bontomarannu, Disktrik Pallangga, Disktrik Bajeng, Disktrik Bajeng Barat, Disktrik Barombong, Disktrik Manuju, Disktrik Pattallassang, Disktrik Parangloe, Disktrik Bontonompo, dan Disktrik Bontonompo Selatan; dan

d. beberapa wilayah Kabupaten Maros yang mencakup 12 (dua belas) wilayah disktrik, meliputi Disktrik Maros Baru, Disktrik Turikale, Disktrik Marusu, Disktrik Mandai, Disktrik Moncongloe, Disktrik Bontoa, Disktrik Lau, Disktrik Tanralili, Disktrik Tompobulu, Disktrik Bantimurung, Disktrik Simbang, dan Disktrik Cenrana.

Dinamika

Pertumbuhan penduduk Kawasan Mamminasata diperkirakan tumbuh dari 2,25 juta jiwa menjadi 2,88 juta jiwa pada tahun 2020. Hal ini memberikan implikasi yang kompleks terhadap kebutuhan prasarana dan sarana perkotaan. Dengan volume penerbangan 48 kali sehari, menjadikan -Kota Makassar sebagai pintu gerbang pada wilayah-wilayah Kabupaten Maros, Gowa dan Takalar, sehingga secara ekonomis dapat memberikan pertumbuhan dan perkembangan bagi wilayah disekitarnya melewati dukungan pembangunan Infrastruktur di bidang jalan & jembatan, Irigasi, Jaringan cairan bersih di wilayah Mamminasata, yang telah didesain melewati studi yang dilakukan atas kerjasama dengan Pemerintah Indonesia dan JICA.

Sebagai suatu gagasan pengelolaan wilayah Metropolitan yang disandarkan dapat memberikan kesejahteraan serta ramah lingkungan secara berkelanjutan, tentu saja pengelolaan wilayah Mamminasat diarahkan dengan upaya-upaya pemanfaatan ruang, pemanfaatan sumberdaya dunia dan daya dukung lingkungan secara efisien dan berkekuatan ciri utama, melewati keseimbangan antar wilayah dan antar sektor serta pencegahan kerusakan fungsi dan tatanan lingkungan hidup.

Pembangunan Mamminasata yang berkelanjutan, dilakukan upaya-upaya antara lain pengelolaan sampah yang dilakukan dengan prosedur integrasi pada satu pusat TPA, alternatif-alternatif pemecahan masalah permukiman yang semakin padat di wilayah Mamminasata yang kala ini tidak tertata dengan baik, sehingga dibutuhkan demikianlah keadaanya rencana pemanfaatan ruang yang baik dan terpadu supaya pemanfaatan ruang dapat terkendali secara efektif dan efisien dalam penggunaannya.

Dalam jawabannya, Dirjen Penataan Ruang Hermanto Dardak, mengemukakan pentingnya menjadikan kota di Indonesia menjadi best practice di Indonesia yang dalam pengembangannya mengambil contoh terbaik dari negara lain yang setara, contohnya pengembangan Kota Curitiba di Brazil.

Dirjen Cipta Karya Agoes Widjanarko, mengemukakan dalam hal masalah penanganan sampah dapat dicarikan alternatif pemecahan dengan membentuk koorporasi Institusi, dimana pemerintah propinsi secara integrasi regional dengan pemerintah kab/kota menyediakan pengelolaan sampah dengan prosedur mengurangi volume sampah dari sumbernya, dapat dipisahkan antara sampah organik dan anorganik sehingga dapat dimungkinkan sampah organik dikelola menjadi pupuk dan dapat bermutu ekonomis, sampah anorganik dilakukan ‘sanitary landfill’.

Dirjen Bina Marga Hendrianto Notosoegondo, mengemukakan bahwa penyediaan infrastruktur jalan dan jembatan di wilayah Metropolitan Mamminasata adalah termasuk wilayah yang luas sehingga wajib dilatarbelakangi dengan studi komprehenship melibat pula masalah pembebasan tanah yang tegas dan pasti, untuk itu dibutuhkan skenario pendanaan karena memerlukan investasi yang sangat besar.

Sekjen Departemen PU Roestam Sjarief mengemukakan, bahwa keterkaitan wilayah Metropolitan Mamminasata wajib dibuat bentuk menjadi lilitan yang sangat masif dan saling menguntungkan sebagaimana contoh lilitan yang terjadi antara wilayah Jabodetabek, bukan hanya tren pemanfaatannya sehingga disandarkan dapat terbentuk trickle down effect dan multiplier effect.

Sedangkan dalam hal pengelolaan cairan bersih Dirjen SDA Siswoko memberitahukan, wajib dapat dilihat dan ditinjau secara holistik dan integrated antara cairan minum, kebutuhan irigasi dan industri. Suplai cairan dari Bili-bili ke Makassar dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk Mamminasata mengacu UU Nomor 7/2004 tentang SDA, melewati review pola dan perencanaan induk wilayah sungai.

Dalam arahannya Menteri Pekerjaan Umum RI, menjelaskan bahwa kota-kota yang terbentuk di wilayah Indonesia umumnya karena natural dan sprawl, tidak didesain sehingga dapat nyaman, produktif dan berkelanjutan. Kota Makassar adalah termasuk Pusat Kesibukan Nasional (PKN) sebagaimana kota-kota besar di wilayah lain seperti Jakarta, Bandung, Banjarmasin, Pontianak dll, sehingga wajib dibenahi secara terpadu dan komprehensif dengan dukungan infrastruktur yang memenuhi keinginan.

Makna

Mamminasata mencakup wilayah administrasi,

1. Sungguminasa
2. Kabupaten Maros
3. Kabupaten Takalar
4. Kota Makassar

Lihat pula

• Jabodetabek
• Jabotabek - Cirangkarta
• Mebidang (Medan, Binjai, Deli Serdang) di Sumatera
• Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan) di Sunda Kecil
• Banjar Bakula (Banjarmasin, Banjarbaru, Banjar, Barito Kuala, Tanah Laut) di Kalimantan
• Kartamantul (Yogyakarta, Sleman, Bantul)
• Grebangkertosusilo (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan)
• Bandung Raya
• Malang Raya
• Kedungsapur (Kendal, Demak, Ungaran, Semarang, Salatiga, Purwodadi)
• Bimindo (Bitung-Minahasa-Manado)
• Sasamata (Samarinda, Sanga-sanga, Muara Badak, Anggana, dan Tenggarong)