Wilayah metropolitan Surabaya atau Surabaya Raya warna biru, dan wilayah suburban warna merah
Gerbangkertosusila, yaitu akronim dari Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan. Pembentukan Satuan wilayah Pembangunan (SWP) Gerbangkertosusila sendiri, menurut Perda Provinsi Jawa Timur No.4/1996 tentang RTRW Provinsi Jawa Timur dan PP No.47/1996 tentang RTRW Nasional, bertujuan bagi mewujudkan pemerataan pembangunan antar Daerah.[1] Kawasan Gerbangkertosusila merupakan kawasan metropolitan terbesar kedua di Indonesia yang berpusat di Surabaya, kawasan ini serupa dengan akap Jabodetabek dengan pusat di Jakarta.
Dengan perkembangan yang sangat pesat, yang mencakup jumlah penduduk dan ekonomi, dari wilayah urban metropolitan Gerbangkertosusila, maka munculah bermacam wacana bagi megembangankan wilayah sendiri dijadikan Daerah Khusus Metro Surabaya, setingkat dengan provinsi dan terpisah dari wilayah Provinsi Jawa Timur, yang diberi petunjuk oleh seorang gubernur. Pemisahan ini bertujuan bagi mengurangi kesenjangan selang Gerbangkertosusilo dengan daerah lainnya di Jawa Timur, terlebih telah ditunjang dengan Jembatan Suramadu yang menghubungkan Surabaya dengan Bangkalan (Madura), maka makin jumlah pula pihak yang menghendaki wilayah metropolitan Gerbangkertosusila sebagai wilayah provinsi sendiri dengan segera. Namun, wacana ini sedang jumlah yang memperdebatkannya, terutama di kalangan DPRD Jawa Timur, disebabkan belum pernah dilaksanakan penelitian yang mendalam dan akurat di bidang sosial ekonomi dan kemasyarakatan yang membutuhkan dana yang sangat agung. Maka, Pakde Karwo sebagai gubernur Jawa Timur periode 2009 - 2014 menganggap pemekaran wilayah tidak mempunyai argumen kuat dan hanya akan menambah beban rakyat bagi biaya pemerintahan saja.
Dalam menata rencana kelola ruang (RTR), pemerintah mendapatkan pertolongan dari pemerintah Jepang melintas JICA Study Team K. yang diberi petunjuk oleh Nagayama. Pada pertemuan bagi mengerjakan penyusunan rencana kelola ruang Gerbangkertosusila Deputi Kepala Bappenas bidang pengembangan regional dan otonomi daerah, Max Pohan, mengemukakan betapa pentingnya mengerjakan pembagian peran dan fungsi terhadap kota-kota satelit di Kawasan Gerbangkertosusila serta perlu dibuat bentuk green belt selang kota inti yaitu Surabaya dengan kota-kota satelitnya. Hal tersebut sangat penting agar dapat mencegah konurbasi seperti yang sekarang terjadi di Jabodetabek. Dalam mengerjakan pembagian peran dan fungsi, pemerintah tetap berupaya bagi mengamati kecocokan RTR Kawasan Gerbangkertosusila dengan RTRW provinsi/kabupaten/kota yang berada wilayah tersebut, terutama yang telah diperdakan, serta persoalan kelembagaan. Seperti halnya Surabaya yang telah dijadikan pusat usaha dagang/jasa, perdagangan, industri, edukasi kawasan Indonesia Timur dan mempunyai rumah sakit rujukan sekawasan Indonesia Timur yaitu RSUD dr. Soetomo
Kini, dalam menanggapi perubahan, perkembangan dan tuntutan zaman, berproduksi pemerintah mulai memikirkan lagi kecakapan kawasan Gerbangkertosusila dalam mencukupi tugas yang bertujuan pemerataan pembangunan antar daerah khususnya di Jawa Timur dan umumnya kawasan Indonesia Timur. Demi mengangkat kecakapan kawasan tersebut, pada tahun 2011, pemerintah sedang dalam bagian memikirkan Gerbangkertosusila Plus (GKS PLUS). Pemerintah memandang perlu beradanya kawasan pendukung baru yaitu GKS PLUS demi mengangkat daya dukung atau menggalang kebutuhan dari kota inti. Dalam usaha merealisaikan pemikiran ini, maka bagian penggagasan ini telah dipublikasikan oleh Sistem Informasi Kelola Ruang Jawa Timur
Bus : Terminal Bus Purabaya atau lebih populer dengan nama Terminal Bungurasih, merupakan terminal bus tersibuk di Indonesia (dengan jumlah penumpang hingga 120.000 per hari), dan terminal bus terbesar di Asia Tenggara. Terminal ini berada di luar perbatasan Kota Surabaya dengan Kecamatan Waru, Sidoarjo. Terminal ini menanggapi rute jarak tidak jauh, menengah, dan jauh (AKAP). Terminal Bus Tambak (Osowilangun) menanggapi angkutan jarak tidak jauh dan menengah lintas utara hingga ke Semarang.
Perlintasan Tol: Perlintasan Tol Surabaya-Gempol, Perlintasan Tol Surabaya - Lamongan, Perlintasan Tol Surabaya - Bangkalan (via Suramadu), dan Perlintasan Tol Surabaya - Mojokerto - Kertosono (Under Construction). Semua Perlintasan tol tersebut saling terhubung selang yang satu dengan yang lainnya.
Perlintasan By Pass
Perlintasan Lingkar: Lingkar Timur dan Lingkar Barat (Under Construction)
Footnote
^Analisis Kesenjangan Wilayah di Gerbangkertosusila Ditinjau dari Aspek Ekonomi, Sosial dan Lingkungan, diakses pada 12 Agustus 2011
^Statistics Indonesia, diakses pada 12 Agustus 2011
Tags (tagged): gerbangkertosusila, no, 4 1996, tentang, rtrw provinsi jawa, timur pp, 47 1996, munculah, berbagai wacana, megembangankan, perlu dibuat green, belt antara, kota, inti, perak pelabuhan, teluk lamong, under, construction, kumpulan studi, berbahasa indonesia, pada, 12 agustus 2011, statistics indonesia, diakses, pada 12 gerbangkertosusila